Politik Soe Hok-gie
"Masih terlalu banyak kaum munafik yang berkuasa. Orang yang pura-pura suci dan mengatasnamakan Tuhan"
Sampai detik ini saya tidak pernah merasa bahwa saya ekstrem. Kalau saya melihat korupsi, manipulasi, dekadensi moral dan lalu saya katakan, mereka bilang saya ekstremis.
Tetapi bagi saya ada suatu hal yang pasti. Kita harus selalu jujur pada hati nurani kita, betapapun mahal harganya. Dan sebagai manusia kita dihadapkan oleh pemilihan-pemilihan yang meragukan. Sebelum kita melakukan sesuatu kita harus menanyakan diri kita sendiri. “Siapakah saya?” Dan jawaban kita menentukan pilihan kita.
Kadang-kadang kita bertanya pada diri kita sendiri: “Siapakah saya?”
Apakah saya seorang manusia yang sedang belajar dalam kehidupan ini dan mencoba terus menerus untuk berkembang dan menilai secara kritis segala situasi. Walaupun pengetahuan dan pengalaman saya terbatas?
Saya katakan pada diri saya “Saya adalah seorang mahasiswa". Sebagai mahasiswa saya tak boleh mengingkari ujud saya. Sebagai seorang pemuda yang masih belajar dan mempunyai banyak cita-cita, saya harus bertindak sesuai dengan ujud tadi. Karena itu saya akan selalu berani untuk terus terang, walaupun ada kemungkinan saya akan salah tindak.
"Lebih baik bertindak keliru daripada tidak bertindak karena takut salah."
Kalaupun saya jujur pada diri saya, saya yakin akhirnya saya akan menemukan arah yang tepat. Saya adalah seorang manusia, bukan alat siapapun. Kebenaran tidaklah datang dalam bentuk instruksi dari siapapun juga, Tetapi harus dihayati secara “kreatif.” A man is as he thinks.
Dalam setiap masyarakat yang kacau, selalu ada kecenderungan untuk mencari kambing hitam, dan ikut histeria massa. Mereka yang akan menggunakan akal sehatnya akan jadi korban. Tetapi jika kita ikut arus massa kita akan hancur. Pada saat-saat seperti inilah manusia-manusia jujur terpanggil untuk menyelamatkan masyarakat.
Kita juga sudah muak dengan slogan-slogan kosong. Kita sudah muak, muak sekali lagi muak. Kita tidak mau pidato-pidato yang setinggi langit yang isinya kosong belaka. Kita mau pemimpin-pemimpin yang rendah hati, yang melihat kenyataan secara riel. Dan kemudian bekerja dengan keras memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat.
Kita hanya punya dua pilihan. Menjadi apatis atau ikut arus. Tapi syukurlah ada pilihan ketiga: menjadi manusia bebas. Dan saya tak mau menjadi manusia massa, yang sikap pribadinya ditentukan oleh poster, slogan dan intimidasi. Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.
0 Response to "Pesan Soe Hok-gie Untuk Pilkada DKI Jakarta"
Post a Comment