Secercah Jejak Islam di Eropa

Secercah Jejak Islam di Eropa

Spanyol pun berhasil menjadi Juara EURO kembali. Teringat dengan sebuah kota di Spanyol yang pernah turut andil menjadi jembatan yang menyalamatkan dan mempertemukan Eropa dengan akarnya. Kota yg bernama Cordoba itu pernah juga menjadi pusat Islam menggantikan Baghdad sebagai kiblat peradaban umat selama beberapa waktu. Di dalamnya juga terdapat Mezquita (masjid) yang telah berubah fungsi menjadi sebuah peribadatan Kristen, yaitu Gereja.

Eropa yang didominasi oleh pemeluk Ateis dan Sekulerisme ini pernah bergelut dengan kegelapan peradaban setelah jatuhnya kekaisaran Romawi. Dan selama kurang lebih 1000 tahun, dogma gereja menjadi pengekang utama intelektualisme manusia, yang melahirkan kemunduran yang luar biasa bagi perkembangan pengetahuan. Karena pada waktu itu, orang-orang dipaksa untuk meyakini kebenaran Agama secara mentah-mentah, tanpa kebebasan menggunakan akal mereka. Gereja juga harus mengatur semua sendi kehidupan sehingga Eropa menjadi sangat religius waktu itu. Tapi religius yang membabi buta itu membuat orang-orang tak berani berbuat apa-apa, karena takut dosa. Sehingga tidak sedikit orang disana yang trauma dengan Agama, merasa sakit dan tesakiti oleh Agama.

Teringat sebuah filsuf Islam terkenal dari cordoba yang disegani oleh orang Barat, Ibnu Rusyd yang dikenal di Eropa dengan nama Averroes. Dialah yang katanya memperkenalkan The Double Truth Doctrine, dua kebenaran yang tak terpisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan (sains). Sayangnya, karena trauma terhadap agama, kini manusia Eropa hanya percaya pada Sains saja sebagai sumber kepercayaan. Eropa kini telah memuja-muja Sains. Sains dan Agama telah berkembang secara sepihak dalam zaman dan ruang yang berbeda, padahal seharusnya mereka berdua tinggal dalam waktu dan ruang yang sama. Jika dulu doktrin agama dipaksa memberangus pengetahuan, kini seolah giliran pengetahuanlah (baca: sains) yang berkesempatan memberangus agama. Keduanya kini bagaikan 2 kutub yang tak pernah akur.

Betapa pada awalnya Sains sangat menyakitkan, bahkan untuk para pemuka agama di Eropa saat itu tatkala mereka harus menemukan kenyataan bumi bukanlah pusat segala-galanya. Namun setelah itu, Sains begitu memaniskan hidup kita sekarang ini, bahkan manisnya mengalahkan madu. Averroes sangat paham bahwa salah satu kewajiban manusia hidup di dunia ini adalah untuk berfikir. Sehingga jika hal ini dikekang, diberangus, berubahlah dia menjadi bom waktu yang mematikan. Itulah mengapa Averroes disebut sebagai Bapak Renaissance orang Eropa.

Semoga Bermanfaat..

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Secercah Jejak Islam di Eropa"

Post a Comment