Ketika Lawan Jadi Kawan untuk Sehari
Perang Dunia I membekas dalam ingatan karena kekejiannya. Sekitar 9 juta tentara dan 7 juta rakyat sipil kehilangan nyawa. Perang itu sendiri dimulai pada 28 Juli 1914 dan berakhir pada 11 November 1918. Sebelumnya tidak ada perang yang sama dahsyatnya.
Pada saat itu, sekitar 65 juta orang angkat senjata dan jangkauan perang memang benar-benar mendunia, mulai dari pantai-pantai Amerika hingga dataran-dataran tinggi di Asia. Namun demikian, ada segelintir kisah yang menjadi secercah cahaya dalam kekelaman perang.
Dikutip dari The Vintage News pada Jumat (2/12/2016), kejadian langka berlangsung pada malam Natal 1914 di Front Barat. Saat itu, pasukan Inggris mendengar pasukan Jerman menyanyikan lagu-lagu Natal dari dalam parit persembunyian mereka. Dari kejauhan, tampak lentera dan pohon cemara kecil sebagai perlambang Natal.
Ketika malam semakin larut, pasukan Jerman menyanyikan lagu "Malam Kudus" yang bergema hingga ke daerah tak bertuan. Pasukan Inggris yang awalnya enggan akhirnya ikut bernyanyi dari kejauhan. Saat itu diketahui menjadi gencatan senjata tak resmi di Front Barat dan dikenal dengan sebutan "Christmas Truce".
Keesokan harinya, di suatu pagi yang dingin tiga orang prajurit pasukan tentara Jerman menghampiri parit tempat para tentara Inggris bersembunyi. Mereka tidak membawa senjata, tangan kosong, dan memberi isyarat bahwa mereka datang dengan damai. Pasukan Inggris yang berdiam disitu lantas bersiap menodongkan senjata sedangkan tiga orang tentara Jerman tersebut tetap berjalan ke arahnya dengan santai. Kali ini pasukan Inggris yakin bahwa mereka datang dengan damai.
Setelah mereka bertemu, dengan suasana yang sangat kaku dan dingin, tiga orang tentara Jerman tersebut mengajak para pasukan Inggris untuk bertemu di daerah tak bertuan. Pada awalnya, pasukan Inggris curiga ajakan itu hanya siasat untuk memulai kontak senjata, seperti halnya ketika musuh perang mengajak untuk bertemu secara damai, tentunya kita akan merasa curiga.
Namun, mereka kemudian melihat pasukan Jerman yang datang dalam pakaian santai, tak bersenjata, dan tak bersembunyi. Dari kejauhan, di wilayah tak bertuan, para Pasukan Jerman lainnya berteriak bahwa mereka tidak ingin bertempur hari itu dan lebih ingin menikmati bir.
Pasukan Inggris kagok mendengarnya dan tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Namun salah satu komandan mereka mengatakan bahwa lebih baik mereka tidak perlu bertempur sampai pagi berikutnya. Kesepakatan dicapai, Pasukan Inggris menyanggupi ajakan Pasukan Jerman untuk bertemu di wilayah tak bertuan, gencatan tak resmi akhirnya dimulai, setidaknya sampai besok pagi.
Pasukan Jerman dan Inggris bertemu di daerah tak bertuan. Awalnya terjadi keheningan dan situasi yang dingin. Namun beberapa dari mereka menunjukkan sikap keterbukaan dan gestur yang bersahabat. Situasi mulai cair hingga diantara mereka tak ragu untuk saling berjabat tangan, bertukar cenderamata, bernyanyi bersama, dan bertukar makanan.
Bahkan situasi hangat seperti ini sama sekali tak menunjukkan bahwa sebenarnya mereka adalah dua pasukan dari negara yang sedang bersitegang. Justeru mereka terlihat seperti prajurit yang sedang berlibur setelah menjalani misi yang berat.
Setelah selesai makan bersama, mereka bergotong-royong menguburkan para korban peperangan dan memperbaiki parit perlindungan serta lubang persembunyian. Bahkan prajurit Inggris tak ragu untuk membantu prajurit Jerman memperbaiki parit mereka, begitu juga sebaliknya.
Hingga saat hari mulai senja, mereka kemudian melakukan pertandingan sepak bola, tim Jerman melawan tim Inggris. Pertandingan itu sekaligus menutup Gencatan Senja yang sangat bersahabat itu. Setelah pertandingan usai, kedua pasukan kembali ke paritnya masing-masing.
Dan keesokan harinya, mereka kembali saling berperang. Melawan musuh yang sempat menjadi kawan, setidaknya untuk satu hari.
0 Response to "Ketika Lawan Jadi Kawan untuk Sehari"
Post a Comment