Analisis Fundamental 'Bulan Ramadhan'

Analisis Fundamental terhadap Bulan Ramadhan
Oleh : Hilman Rasyid Aminullah

Hari demi hari telah kita lewati sehingga usia bulan Ramadhan tahun ini terus berkurang dan kita selalu berharap semoga segala amal ibadah yang telah kita lakukan diterima di sisi Rabb, Tuhan Yang Maha Esa. Dan ini merupakan momentum saya untuk membuat tinta hitam yang baru di atas kertas putih ini.

"Bulan Ramadhan"
Statement yang cukup simple tapi memiliki makna yang komprehensif bagi seluruh Umat Islam. Bulan Tarbiyyah, Syahrul-Quran, Syahru ash-Shiyam, Syahrul-Jihad, Bulan Penuh berkah dan masih banyak label lagi dari Bulan Ramadhan tersebut.  Dan mungkin kata-kata itulah yang sering kita dengar dari para Ulama, dari buku, dan lain sebagainya termasuk berbagai keistimewaan-keistimewaannya. 

Kemudian timbul dalam benak ini sejumlah pertanyaan, "Mengapa dinamakan Bulan Ramadhan ?  Kenapa bulan Ramadahan itu Istimewa dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain?" dan berbagai pertanyaan lain yang tidak bisa ditulis disini.
Klo melihat secara historis sebelum datangnya Islam, bulan Ramadhan itu tidaklah eksklusif, tak ada yang spesial, tak ada keutamaan, bulan yang biasa seperti bulan yang lain. Tetapi kemudian setelah diturunkannya Kitab Suci umat Islam, Kitabullah, Al-Quran Al-Kariim pada bulan Ramadhan, menjadi Istimewalah bulan tersebut bagi Umat Islam. Bulan yang mempunyai atraktif sehingga menjadi pusat perhatian seluruh umat Rasulullah SAW di muka bumi ini, karena di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari 1000 bulan, seolah mereka tersihir oleh bulan tersebut, tunduk dan patuh terhadap Rabb Semesta Alam.

Dalam Kitab Tafsir Ayatul-Ahkam dijelaskan bahwa diberi namanya bulan Ramadhan karena bulan tersebut terkadang jatuh pada musim panas dan banyak dosa-dosa yang dihapuskan dengan amalan shalih. Interpretasi di atas sangatlah eksplisit dan konkrit, karena tentunya beliau menafsirkan sesuai dengan faktual. Bulan tersebut seolah-olah sebagai ajang kompetitif untuk menghapus semua dosa-dosa yang telah kita lakukan.

“Bulan Ramadhan”
Satu amalan yang khusus pada bulan ramdhan ini yang tidak akan dijumpai pada bulan-bulan yang lain adalah Shaum Ramadhan sebulan penuh (syahron kaamilan). Bulan tersebut merupakan bulan dimana Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya melakukan Ibadah shaum, me-manage syahwat sebagai sarana melatih diri mengendalikan syahwat, baik perut, kemaluan, ketenaran, kebanggaan pada pangkat, fasilitas, jabatan dan syahwat lainnya.
Dan ternyata al-Quran pun menjelaskan bahwa perintah shaum tidak hanya ada untuk umat Islam. Jauh sebelum Rasulullah SAW menerima wahyu, umat-umat terdahulu juga mendapatkan perintah yang sama. Sebagaimana dijelaskan juga dalam Kitab Tafsier ibnu Katsir bahwa orang-orang terdahulu yaitu Ahlul-Kitab, telah diwajibkan pula shaum selama sebulan penuh (syahron kaamilan).

Orang Yahudi dan Nashrani telah mengubah waktu shaum mereka sesuai keinginan mereka, sehingga saat shaum bertepatan dengan musim panas mereka menundanya hingga datang musim bunga. Dan dalam firman-Nya, Allah SWT telah mengabadikan sebuah sindiran untuk mereka (Q.S at-Taubah : 37).
Teringat dengan sebuah hadits yang katanya sabda Rasulullah, yang mana isi haditsnya seperti ini: “....bulan ramadhan awalnya rahmah, tengah-tengahnya ampunan, dan akhirnya dijauhkan dari api neraka”.
Sekilas dari kata-kata hadits di atas seolah-olah bulan ramadhan itu sangatlah istimewa, spesial. Tetapi kemudian kalau kita analisis hadits di atas secara logis, muncul dalam benak ini suatu konklusi, ‘kalau begitu, saya akan meminta rahmah Allah di awal ramadhan aja dan memohon ampun ketika pertengahan bulan ramadhan aja’ . Seolah kasih sayang dan ampunan Allah SWT itu terbatas dengan ruang dan waktu (Muqayyid). Dan ternyata Alhamdulillah, salah satunya di dalam Kitab Duruus Lisy-Syaikhi ‘Aidh al-Qorni setelah diteliti oleh para Muhaditsin, hadits di atas itu ternyata hadits Dhaif, karena ada seorang rowi yang punya label ‘jelek hafalan’. Jadi, konklusi logis di atas hanyalah sebuah ilusi belaka.

Jika kita melirik sejenak ke era sekarang ini, khususnya di negara tercinta kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang katanya mayoritas status penduduknya sebagai ‘kaum muslimin’. Banyak terjadi deviasi yang kontras di negara kita. Mereka atau mungkin kita kadang keliru dalam niat melaksakan amaliyyah ramadhan ini, sebagai salah satu tiket masuk surga. Tak ada hak dan tak layak penulis untuk menggembar-gemborkan kesalahan-kesalahan yang kadang mereka atau kita lakukan, khususnya dalam tradisi masyarakat Indonesia. Kita hanya bisa memberikan yang terbaik yang kita bisa dan berdoa agar semua amal ibadah di bulan yang suci ini bisa diterima oleh Tuhan Yang Maha Tinggi sehingga kita bisa menjadi orang yang bertaqwa. Aamien

Wallahu a’lam   



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Analisis Fundamental 'Bulan Ramadhan'"

Post a Comment