MIRZA GULAM AHMAD = MUSAILAMAH AL-KADZDZAB
Oleh : Shiddiq Amien
Di antara tanda kiamat ( wustha ), hancurnya sebuah masyarakat atau bangsa dijelaskan oleh Nabi saw. yakni dengan munculnya banyak dajjal, semua mengklaim bahwa dirinya sebagai nabi. Rasulullah sw. bersabda:
لا تقوم الساعة حتى تقتتل فئتان عظيمتان تكون بينهما مقتلة عظيمة دعوتهما واحدة ؛ وحتى يبعث دجالون كذبون قريب من ثلاثين كلهم يزعم انه رسول الله ؛ ر البخاري عن ابى هريرة
“ Tidak akan terjadi kiamat hingga berperang dua kekuatan besar, terjadi di antara keduanya peperangan yang dahsyat, misinya sama; dan apabila bermunculan dajjal jumlahnya hampir tiga puluh, semua mendakwakan dirinya sebagai utusan Allah.” HR. Al-Bukhrari dari Abu Hurairah ra.
Sejak Nabi Muhammad saw masih hiduppun sudah ada orang yang mengklaim dirinya sebagai nabi, yakni Musailamah Al-Kadzdzab dari Yamamah dengan pengikut yang cukup banyak. Pada masa khalifah Abu Bakar ra nabi palsu dan pengikutnya tersebut digempur. Al-Kadzdzabpun mati di tangan Wahsyi bin Harb dan Abdullah bin Zaid bin Ashim.
Di Indonesia juga sudah cukup banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai nabi. Misalnya : di Sulawesi Tengah ( 1974 ) bernama Ali Taetang Laikabu, di Pulau laut Kalimantan Selatan ( 1979 ) bernama Rasyidi; di Bandung ( 1996 ) bernama Muhammad Mahyo Mahmud Marzuki; di Jakarta ( 1998 ) Lia Aminuddin mengaku menerima wahyu melalui Jibril dan mendakwakan dirinya sebagai Siti Maryam dan menobatkan anaknya sebagai Nabi Isa serta membawa agama baru bernama Salamullah; di Bekasi juga pernah muncul orang mengaku dirinya nabi, bernama Muchidin Sava alias Abu ‘Ala dan membawa ajaran yang disebut “ Kalimatun Sawaa”.
Di Amerika Serikat muncul Wallace D. Fard ( Wali Fard ) oleh pengikutnya dijuluki sebagai “ Prophet Fard “ ( Nabi Fard ) atau “ The Savior “ ( Juru Selamat ). Dia yang mendirikan sebuah organisasi “ The Black Moslem “ di Detroit tahun 1930. Para pengikutnya percaya bahwa Nabi Fard akan membawa kebebasan bangsa kulit hitam dari perbudakan “ White Devils “ ( Setan-setan Putih ). Setelah Wali Fard menghilang tahun 1934, Elijah Poole, anak seorang pendeta Kristen yang lahir di Sandersville, yang kemudian jadi pengikut Nabi Fard , tampil memimpin organisasi tersebut. Elijah Poole kemudian merubah namanya menjadi Elijah Muhammad. Ia memimpin The Black Moslem selama 41 tahun, dan memindahkan pusat kegiatannya ke Chicago. Elijah Muhammad wafat tahun 1975 dan diteruskan oleh anak kelimanya, bernama “ Warith Deen Muhammad “ Ia mengganti nama The Black Moslem menjadi “ Bilaliyyun “ atau “ The American Moslem Mission “, dia juga menghapus sebutan nabi bagi para tokohnya.
Di India, muncul pula orang yang mendakwakan dirinya sebagai nabi, juga sebagai Imam Mahdi, sebagai Nabi Isa yang dijanjikan turun lagi sekaligus sebagai Batara Kresna penjelmaan Dewa Wisnu , Ia bernama Mirza Gulam Ahmad, lahir di desa Qadian distrik Gurdaspur, tanggal 13 Pebruari 1835 dan meninggal tanggal 26 Mei 1908. Ia mengaku berasal dari keturunan Moghol, Persia, Bani Israil, juga keturunan Nabi saw. dari Arab. Semua dakwaan itu tercermin dari :
a. “ Hazrat Ahmad as lahir pada tanggal 13 Pebruari 1835 sesuai 14 Syawal 1250 H, hari Jum’at pada waktu shalat Subuh di rumah Mirza Gulam Murtaza di desa Qadian. Beliau lahir kembar, yakni beserta beliau lahir pula seorang anak perempuan yang tidak berapa lama meninggal dunia. Demikianlah sempurna kabar gaib yang telah ada dalam buku-buku Agama Islam, bahwa Imam Mahdi akan lahir kembar. “ ( Bashiruddin Mahmud Ahmad, Riwayat Hidup Hazrat Ahmad as, 1966 : 2)
b. “ Aku mendengar dari ayahku bahwa kakek-kakekku berdarah Moghol, akan tetapi aku mendapat wahyu dari Tuhan, bahwa kakek-kakekku berdarah Persi.” ( Mirza Gulam Ahmad, Al-Istifta, hal 75 )
c. “ Dari pada kakek-kakekku, aku ini keturunan Parsi, sedang dari nenek-nenekku aku ini keturunan Fatimah, maka bergabunglah pada diriku dua kemuliaan “ ( Mirza Gulam Ahmad, Al-Khutbatul Ilhamiyyah, hal 87 )
d. “ Dari pada Tuhanku telah turun kepadaku, bahwa dari pihak nenek-nenekku, aku ini keturunan Fatimah ahli baitin nubuwwah. Demi Allah telah bersatu pada diriku keturunan Nabi Ishaq dan keturunan Nabi Isma’il “ ( Mirza Gulam Ahmad, Al-Istifta , hal 75 )
e. “ Sesungguhnya akulah Al-Mahdi itu, juga Al-Masih Mau’ud, dimana kedudukannya sudah jelas bahwa untuk jabatan kedua pangkat ini harus dipegang oleh seorang dari Bani Fatimah. “ ( Mirza GA, Al-Khutbatul Ilhamiyyah, hal : 46 ).
f. “ Engkau ya Mirza adalah Kresna, namamu telah dinyanyikan dalam kitab suci Ghita”. ( Bashiruddin Mahmud Ahmad, Ahamadiyyah Movement : 4 )
g. “ Dalam wahyu ini Tuhan menyebutku Rasul-Nya, karena sebagaimana sudah dikemukakan dalam Brahin Ahmadiyyah, Tuhan Maha Kuasa telah membuatkan manifestasi dari semua nabi, dan memberiku nama mereka. Aku Adam, Aku Seth, Aku Nuh, aku Ibrahim, aku Ishaq, aku Ismail, aku Ya’qub, aku Yusuf, aku Musa, aku Daud, aku Isa, dan aku adalah penjelmaan sempurna dari Nabi Muhammad saw, yakni aku adalah Muhammad dan Ahmad sebagai refleksi. “ ( Mirza GA, Haqiqatal Wahyi, Hal 72 ).
Mereka yang tidak beriman kepada kenabian Mirza Gulam Ahmad dan wahyu yang ia terima yang termaktub dalam Kitab Suci Ahmadiyyah bernama “ Tadzkirah “ dinilai telah sesat dan kufur. Hal ini tercermin dari pernyataan :
a. “ Bahwa semua orang Islam harus percaya pada nabi Mirza Gulam Ahmad, kalau tidak, berarti mereka tidak mengikuti ajaran-ajaran al-Qur’an, dan siapa-siapa yang tidak mengikuti al-Qur’an, maka ia bukan muslim. Dan barangsiapa yang mengingkari seorang nabi, menurut istilah agama Islam, disebut kafir. “ ( Syafi R. Batuah, Ahmadiyyah Apa dan Mengapa, 1968:41 ).
b. “ Maka barangsiapa yang tidak percaya pada wahyu yang diterima Imam yang dijanjikan ( Ghulam Ahmad ), maka ia telah sesat sesesat-sesatnya, dan ia akan mati dalam kematian jahiliyyah, dan ia telah mengutamakan keraguan atas keyakinan.” ( Mirza GA, Mawahib al-Rahman, hal : 38 )
Klaim Mirza Gulam Ahmad dan pengikutnya, bahwa Ia seorang nabi dan menerima wahyu, jelas sebuah penyimpangan akidah yang sangat serius, sebuah klaim yang bathal dan munkar, karena mengingkari firman Allah swt :
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
الاحزاب : 40
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. QS. Al-Ahzab : 40
Pengikut nabi palsu memelintir makna “ Khatam “ bukan dalam arti penutup, melainkan dengan arti “ cingcin atau stempel “ , hal ini bisa dilihat dari pernyataan :
a. Selanjutnya Ahmadiyyah berkata bahwa kalimat “ Khatam” dapat dibaca “ Khatim” yang berarti hiasan bagi sang pemakainya. Apabila diartikan demikian , maka Rasulullah saw itu bagaikan hiasan indah bagi nabi-nabi. Dalam Fathul Bayan juga dikatakan bahwa Nabi Muhammad saw adalah bagaikan hiasan cincin yang dipakai oleh para nabi, karena beliau nabi termulia. “ ( Saleh A. Nahdi, Selayang Pandang Ahmadiyyah, hal : 34 ).
b. Jadi perkataan “ Khataman nabiyyin “ berarti “ Cap atau stempel “ dari pada nabi-nabi, yakni Nabi Muhammad saw ialah kebagusan dari pada segala nabi-nabi. ( Bashiruddin Mahmud Ahmad, Jasa Imam Mahdi )
Jika para nabi diumpamakan jari-jari, dan Nabi Muhammad saw diumpamakan sebagai cincin penghias jari, kemudian dimaknai bahwa Nabi Muhammad saw adalah nabi termulia, ibarat cincin pada jari, pertanyaannya kemudian : “ Muliaan mana antara cincin dengan jari ? “ Kiranya semahal-mahal cincin, masih ada jualan. Tapi seborok-borok jari tidak ada jualan ! Dengan demikian mengumpamakan Nabi Muhammad saw dengn cincin dan para nabi lainnya sebagai jari, bukan merupakan sebuah penghormatan kepada Nabi Muhammad saw, melainkan sebuah penghinaan.
Rasulullah saw. sudah menegaskan bahwa tidak ada lagi nabi sesudah beliau, dan tidak ada umat sesudah umat Muhammad ( umat Islam ), kalau ada orang mengaku atau mendakwakan dirinya sebagai nabi, dia itu adalah Dajjal. Itu diungkap dalam banyak hadits, antara lain :
كانت بنو اسرئيل تسوسهم الانبياء , كلما هلك نبي خلفه نبي , وانه لا نبي بعدي , وسيكون خلفاء فيكثرون – ر البخاري
“ Bani Israil itu terus menerus dipimpin oleh para nabi, setiap seorang nabi wafat, diganti oleh nabi lainnya, dan sesungguhnya tidak ada lagi nabi sesudahku, dan akan ada khalifah yang jumlahnya banyak. “ HR. Al-Bukhari.
ان الرسالة والنبوة قد انقطعت فلا رسول بعدي ولا نبي – ر احمد والترمذي
“ Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah dipubngkas, maka tidak ada lagi rasul dan nabi sesudahku, “ HR. Ahmad dan At-Tirmidzi
ان الله لم يبعث نبيا الا حذر أمته الدجال , وانا اخر الانبياء و انتم اخر الامم , وهو خارج فيكم لا محالة , انه يبداء فيقول : انا نبي , ولا نبي بعدي – ر ابن ماجه
“ Sesungguhnya Allah tidak mengutus seorang nabipun, kecuali ia mengingatkan umatnya tentang ( bahaya ) dajjal. Aku adalah penutup nabi dan kalian adalah umat terakhir, Dajjal itu akan muncul di tengah-tengah kalian pasti, Sesungguhnya dia akan nampak dari perkataannya : ‘ Aku adalah nabi ‘, Padahal tidak ada lagi nabi sesudahku. “ HR. Ibnu Majah
Argumentasi lain yang dikemukakan oleh penganut agama Ahmadiyyah, bahwa Mirza adalah nabi, bahkan nabi yang sudah dijanjikan dalam al-Qur’an, dengan mengklaim bahwa Nabi Ahmad yang dijanjikan dalam QS. As-Shaf : 6 adalah Mirza Gulam Ahmad, dan bukan Nabi Muhammad saw. Dalam ayat itu dijelaskan :
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ - ألصف : 6
Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)" Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata". QS. As-Shaf :6
Dalam Majalah Ahmadiyyah Suara Ansharullah No. 3 , Juli 1955 disebutkan : “ Jika orang benar-benar meneliti maksud al-Quran itu ( Surat 61:6 ) maka akan mengetahui bahwa yang dimaksud dengan nama Ahmad bukanlah Nabi Muhammad saw, tapi seorang rasul yang diturunkan Allah swt pada akhir zaman sekarang ini. Bagi kami ialah : Hazrat Ahmad Al-Qadiani. “
Padahal tentang siapa yang dimaksud dengan Ahmad dalam ayat itu jelas bukan Mirza Gulam Ahmad, melainkan Nabi Muhammad saw. lebih kurang dua belas abad sebelum Mirza dilahirkan. Nabi saw. bersabda :
لي خمسة أسماء : انا محمد و احمد , و انا الماحي الذي يمحوا الله بي الكفر , وانا الحاشر الذي يحشر الناس على قدمى , وانا العاقب الذى ليس بعده نبي – ر البخاري و مسلم
Aku punya lima nama : Aku adalah Muhammad, dan Ahmad, Aku Al-Mahi ( Penghapus), yang Allah menghapus dengan ( kerasulanku ) kekufuran, Aku Al-Hasyr( Penghimpun ), yang Allah kumpulkan manusia di bawah telapak kakiku ( pengaruhku), dan Aku adalah Al-‘Aqib ( Penutup ) yang tidak ada lagi nabi sesudahnya. HR. Al-Bukhari dan Muslim.
Selain keyakinan bahwa Mirza Gulam Ahmad sebagai nabi sesudah Nabi Muhammad saw , keberadaan kitab Tadzkirah yang diklaim sebagai “ Wahyu Muqaddas “, semakin mengukuhkan Ahmadiyyah sebagai sebuah agama. Kitab itu diyakini diturunkan pada Lailatul Qadar, kepada Mirza Gulam Ahmad yang mendakwakan diri sebagai Al-Masih Al-Mau’ud ( Nabi Isa yang dijanjikan turun lagi ) dengan menyebut dirinya sebagai Al-Masih Al-Muhammadi ( Al-Masih turunan Nabi Muhammad ) Sementara Nabi Isa as. Sendiri disebutnya sebagai Al-Masih Al-Israili ( Al-Masih turunan Israil ). Kitab itu katanya diturunkan di sebuah tempat dekat desa Qadian di India. Inilah kutipan dari Kitab Tadzkirah :
انا انزلناه فى ليلة القدر1) انا انزلناه للمسيح الموعود 2)– تذكرة : 519
انا انزلناه قريبا من القاديان ؛ 3) وبالحق انزلناه وبالحق نزل ؛4) صدق الله ورسوله ؛5) وكان امر الله مفعولا ؛ 6) الحمد لله الذي جعلك المسيح ابن مريم – تذكرة7) : 637
Dari tujuh ayat di atas nampak tiga ayat merupakan “ Bajakan “ dari al-Qur’an : ayat nomer satu dari QS. Al-Qadar : 1 ; ayat nomer empat dari QS. Al-Isra : 105 ; dan ayat nomer enam dari QS An-Nisa : 46.
Yang lebih aneh tentu saja bahasa wahyu yang dipakai dalam kitab Tadzkirah adalah bahasa Arab, padahal Mirza Gulam Ahmad lahir dan mati di India, Sementara Allah tidak pernah mengutus seorang nabi atau rasul, kecuali bahasa ( wahyu ) yang dipakainya adalah bahasa kaumnya, bahasa masyarakat yang didatanginya, supaya mudah dimengerti oleh mereka. Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab, karena Nabi Muhammad saw. diturunkan di tengah bangsa Arab. Lantas wahyu yang diterima Mirza itu sebenarnya buat siapa ? Allah swt menegaskan :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ – ابرهيم : 4
Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. QS. Ibrahim : 4
Fa aina Tadzhabun Wahai Mirzaiyyah ?
0 Response to "MIRZA GULAM AHMAD = MUSAILAMAH AL-KADZDZAB Oleh : Shiddiq Amien"
Post a Comment