ISLAMOFOBIA
Oleh : Shiddiq Amien
Pembuatan dan pemuatan gambar kartun atau karikatur Nabi Muhammad saw oleh surat kabar harian terkemuka Denmark – Jyllands-Posten- ( baca : Julands-Posten ), yang kemudian dimuat pula dalam beberapa media lain, seperti : Majalah Magzinet ( Norwegia ), Majalah Charlie Hebdo ( Prancis ), Koran France Soir ( Prancis ), Die-Welt ( Jerman ), La Stampa ( Italia ), El Periodico ( Spanyol ) beberapa minggu kemudian, telah memicu gelombang protes, dan demonstrasi besar-besaran di seluruh dunia. Bahkan beberapa kantor kedutaan besar dan konsulat Denmark dan Norwegia di beberapa negara, seperti : Libanon, Suriah, Iran, dsb dirusak dan dibakar massa. Kartun Nabi saw merupakan pelecehan, penghinaan dan penistaan terhadap Nabi saw yang sangat dimuliakan umat Islam.
Menurut Jihadwatch.com peristiwa ini bermula ketika seorang penulis Denmark, Kare Bluitgen, mau menerbitkan buku yang melecehkan Islam “ Al-Qur’an dan Kehidupan Muhammad “ setebal 272 halaman, ia meminta tiga orang seniman untuk membuat ilustrasi pada bukunya itu, yang menggambarkan ide dan pemikirannya yang tertuang dalam buku tersebut . Tapi ketiganya menolak dengan alasan takut dengan amarah kaum muslimin. Jyllands Posten kemudia berinisiatif merespon keinginan Bluitgen. Harian itu mengundang 40 orang illustrator. Hasilnya 12 gambar yang dianggap terbaik dipublikasikan pada edisi khusus mingguan tangal 30 September 2005. Kartun tersebut juga dilampirkan pada buku karya Kare Bluitgen yang terbit pada tanggal 24 Januari 2006.
Koran France Soir menyatakan alasan membuat kariaktur tersebut untuk menggambarkan bahwa dogma atau ajaran keagamaan tidak memiliki tempat di masyarakat sekuler. Di bawah tulisan “ Ya, kami berhak menggambar Tuhan “ France Soir memasang gambar kartun tuhan dalam agama Budha, Yahudi, Islam dan Kristen sedang terbang di awan. Kartun itu memperlihatkan tuhan Kristen mengatakan : “ Jangan mengeluh Muhammad, kami semua sudah pernah digambarkan dalam karikatur. “
Masyarakat Barat juga berdalih bahwa semua itu merupakan kebebasan berekspresi. Padahal tidak ada kebebasan yang tak memiliki batas. Sebagai bukti warga kristiani, agama yang konon dianut mayoritas Barat, pernah marah besar ketika John Lenon mengklaim bahwa dia dan groupnya – The Beatles – lebih popular dari Yesus, juga ketika artis Madona memakai kalung salib di dadanya yang telanjang. Bahkan menurut situs The Guardian – Inggris, surat kabar Jyllands Posten pada April 2003 pernah diminta oleh seorang karikaturis Denmark – Christoper Zieler- untuk memuat karikatur Nabi Isa as. Pemimpin surat kabar itu menolaknya dengan alasan karikatur itu melecehkan dan provokatif, kawatir memicu kemarahan umat Kristen. Masyarakat Hindu Bali pernah mengajukan protes kepada penyanyi Iwan Fals ketika merilis lagu Manusia Setengah Dewa, mereka menilai syairnya merendahkan salah satu dewa yang dihormati dalam agama Hindu Bali. Demikian juga para ulama dan cendekiawan muslim banyak yang marah dan protes ketika “ Geng Islib “ di Indonesia menghujat otenstisitas al-Qur’an.
Pembuatan dan pemuatan karikatur Nabi saw semakin membuktikan dua hal. Pertama, Sikap inferioritas Barat. Di tengah gemerlap kamujuan duniawi, mereka menyimpan religious complek. Semenjak abad ke-15 Masyarakat Barat telah memerangi agamanya sendiri dan menonjolkan kebebasan berfikir ( renaisans ), Mereka memberontak terhadap dogma Gereja, membenci agama, mengecilkan para nabi. Ironisnya rasa dendam terhadap agamanya itu dilampiaskan juga terhadap agama orang lain. Akibatnya mereka kehilangan panutan, ideal type atau role model dalam berprilaku dan rujukan dalam memecahkan persoalan hidup. Sementara Yesus yang diyakini sebagai anak Tuhan terlampau jauh untuk dijadikan sebagai ideal type. Mereka menjadi iri ( hasud ) ketika melihat kaum muslimin mempunyai role model atau uswah hasanah yang terhimpun dalam diri dan pribadi Muhammad saw. Apalagi ketika Islam menjadi agama yang paling cepat penyebarannya di Barat, itu menjadi salah satu bentuk kekalahan internal rasio Barat. Mereka kemudian melakukan pelecehan, penghinaan bahkan penistaan terhadap Islam dan muslimin, dengan tujuan menjauhkan masyarakat Barat mengenal Islam dan menjadi Muslim. Menurut seorang pemikir Prancis, Arick Gofra, hegemoni filsafat nihilisme, filsafat Barat Sekuler, yang muncul setelah masa dominasi gereja di Eropa membuka ruang untuk melakukan penghinaan terhadap nilai-nilai agama dan moral, apapun agama tersebut. Tidak ada di sana apa yang disebut sebagai sistem atau tata nilai, sehingga segala sesuatu yang dinilai memiliki nilai kesakralan, kemudian menjadi sasaran untuk diragukan dan diperolok-olokan.
Kedua, Pembuatan dan pemuatan karikatur Nabi saw menambah panjang daftar dari bukti kebencian mereka terhadap Islam dan muslimien. Allah swt telah mengingatkan kita dalam QS. Ali Imran : 118 bahwa kaum Islamofobia ( pembenci Islam ) tidak akan henti-hentinya memudaratkan, mereka inginnya apa yang menyusahkan, kebencian mereka terhadap Islam dan muslimin telah nampak dari omongannya, tulisannya, lukisannya, dan prilakunya. Bahkan kebencian yang ada dalam hati mereka lebih besar dibanding dengan apa yang mereka ekspresikan dalam omongan, tulisan, lukisan dan prilakunya itu.
Kita belum lupa dengan : Tragedi NTT yang terjadi tgl 30 Nopember 1998, dimana ribuan kaum muslimien diusir dan dianiaya. Rumah, masjid dan sekolahnya dirusak dan dibakar oleh massa Kristen, yang dipicu oleh pidato provokatif Theo Safe’i. Pernyataan Pdt. Suradi ben Abraham : “ Tuhan umat Islam adalah Hajar Aswad, Al-Qur’an adalah bisikan syetan, Nabi Muhammad manusia celaka, terbukti masih minta dido’akan kepada umatnya melalui sholawat”. Pdt. Pat Robertson dari AS dalam acara Christian Broadcasting Network (11/11-2002) menyatakan : “ Umat Islam lebih jahat dari Nazi Jerman “. dalam wawancara dengan Fox News (18/9-2002 ) dia juga menyatakan : “ I Think Muhammad was a killer, a wild eye fanatic, a robber and brigand .” ( saya fikir Muhammad adalah seorang pembunuh, seorang fanatik jahat, seorang perampok dan penyamun). Pdt. Gerry Falweel dalam wawancara dengan stasiun CBS AS (5/10-2002) mengatakan : “ Muhammad adalah teroris “. Letjen William Boykin, Deputi Menhan Bidang Intelijen dan Perang AS pernah ngomong : “ Perang melawan teroris adalah perang Kristen melawan Syetan. Tuhan orang Islam itu berhala, sementara tuhan kita benar-benar nyata.” Atau pernyataan Robert Morey dalam bukunya “ The Islamic Invasion Confronting the World’s Fastest Growing Religion “ (1992 ) dengan sinis dan sarkastis dia menyatakan hal-hal sebagai berikut : “ Islam sesungguhnya merupakan pendewaan budaya Arab abad ke 7. Dalam arti yang mendalam, Islam sesungguhnya lebih bernuansa budaya dari pada agama “ ( hal. 22 ); “ Sujud menyembah dalam sembahyang sehari lima kali menghadap arah Mekah Arabia hanyalah suatu tanda ujud pemaksaan cultural, yang sekaligus merupakan keberadaan imperialisme budaya yang menjiwai Islam “ ( hal. 30 ) ; Tentang Ibadah Haji Ia menilai “ Muhammad mengadopsi upacara keagamaan para penyembah berhala yang telah ada pada zaman pra Islam yang dilakukan di Ka’bah. “ ( hal 31) ; “ Alangkah mundurnya zaman, bahwa apa yang dikenakan oleh wanita pengembara yang berpindah-pindah (nomad) di gurun pasir Arabia pada abad ke7 sekarang diamanatkan oleh Islam sebagai peraturan hukum berbusana bagi wanita Muslim di negara manapun mereka tinggal.” (hal: 32); Hukum Hudud ( rajam, cambuk dan potong tangan ) dan hukum qishash ia nilai “ sebagai tindakan barbar dan tidak selayaknya mendapat tempat di dunia modern ini. “ ( hal : 37 ) ; “ Allah, dewa bulan, kawin dengan dewa matahari. Mereka berdua mempunyai tiga orang putri yang disebut putri-putri Allah . Ketiga putri tersebut adalah : Al-Lata, Al-Uzza, dan Manat “ ( hal:57 ) ; Ia juga menyatakan bahwa kondisi Nabi saw ketika menerima wahyu sering menggigil, keringatan, sebagai bualan dan dusta Muhammad untuk menutupi rasa malu dan penyakit epilepsy yang dideritanya. ( hal : 76 ).
Jika kaum islamofobia sudah begitu opensif menyerang kita, masihkah ada ruang bagi seorang mukmin untuk bersikap tasamuh dan toleran ? Istafti qalbaka .
Allahu Yarham..... Amien
ReplyDelete